Dalam upaya mengawal program pengembangan budidaya Koro pedang nasional, DPP GERAM telah mengusulkan pembentukan Dewan Koro Nasional, yang bertujuan untuk dapat menghimpun seluruh aktivitas dan keperluan bagi para pelaku usaha budidaya Koro pedang, baik Petani maupun investor yang berkecimpung dalam budidaya Koro pedang di Indonesia.
Langkah ini diambil untuk mengatur pola tata niaga Koro pedang, sehingga dapat melindungi kepentingan para petani, sekaligus meningkatkan taraf kehidupan dan ekonomi mereka.
Kegiatan ini mendapat sambutan yang sangat positif dari berbagai pihak, terutama dari aktifis budidaya Koro pedang, sehingga kegiatan ini diharapkan dapat memberi rasa aman bagi para petani dan pelaku usaha budidaya Koro pedang, melalui penanganan pola distribusi dan pemasaran hasil panen (dalam dan luar negeri)
Pembentukan Dewan Koro Nasional, diharapkan dapat menjadi jembatan yang efektif guna melindungi kepentingan petani Koro serta dapat menjadi mitra bagi pemerintah dalam upaya menunjang program ketahanan pangan nasional, yang pada akhirnya dapat mengantar Indonesia sebagai negara eksportir Koro terbesar di dunia, sebagai langkah antisipasi menghadapi kelangkaan pangan dunia dimasa depan
Aku si Kacang Koro
Kamis, 14 April 2011
Koro varietas GERAM G 1
Pengembangan dan Budidaya Koro pedang, yang dilaksanakan DPP Gerakan Ekonomi Rakyat Mandiri/GERAM selaku penggerak budidaya nasional, sudah berjalan di 12 provinsi (Jambi, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DI Jogjakarta, Jatim, NTB, Sulsel, Sumatera Utara, Bangka Belitung dan Kalimantan Selatan)
Saat ini pengawalan yang dilaksanakan oleh DPP GERAM, dilakukan mulai dari Penyediaan Benih unggul, Pendampingan tanam dan Penjaminan pembelian hasil panennya.
Koro pedang (Canavalia ensiformis) diproyeksikan untuk menggantikan impor Kedelai, Bungkil kedelai dan Gandum, yang selama ini membebani APBN dengan nilai impor sebesar Rp 32,1 trilyun/tahun.
Dari kegiatan pengembangan budidaya selama 3 tahun, DPP GERAM selaku penggerak budidaya Koro pedang nasional, telah dibantu Kementrian Pertanian RI, dengan demplot area untuk 4 Kabupaten di 3 Provinsi melalui dana APBN tahun anggaran 2010 dan dilanjutkan dengan demplot area untuk 14 Kabupaten di 6 Provinsi (Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogjakarta dan Jawa Timur) melalui dana APBN tahun 2011.
Dari hasil pertemuan antara DPP GERAM dengan Menteri Pertanian yang didampingi Dirjen Tanaman Pangan, DPP GERAM diminta untuk mengawal pelepasan Koro varietas GERAM G 1, yang merupakan varietas Koro pedang yang secara resmi di lepas (varietas Koro pertama di dunia yang di release secara resmi) untuk dijadikan sebagai benih bagi program budidaya Koro pedang nasional.
Koro pedang secara resmi sudah mulai dimasukan dalam APBD Perubahan Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2010 dengan area tanam seluas 70 hektar di Kabupaten Banjarnegara dan Blora, tahun ini dilanjutkan dengan penanaman seluas 200 hektar di 10 Kabupetan, dengan dana APBD tahun 2011.
Kegiatan ini juga telah di ikuti oleh Pemkab Bogor (30 hektar) Garut (20 hektar) yang memasukan program budidaya ini melalui APBD tahun anggaran 2011 di Kabupaten masing2
Dalam upaya pengembangan budidaya Koro pedang nasional, DPP GERAM juga sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jambi dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Garut, Purworejo, Gunung Kidul, Lebak, Lampung Selatan, Sukabumi, Subang, serta Gapoktan/Poktan (39 mitra tanam) untuk merealisir target penanaman seluas 100.000 hektar pada tahun 2011 (total rencana tanam sd tahun 2015 adalah 1 juta hektar)
Melalui kerjasama dengan Universitas Pasundan, Koro pedang telah menghasilkan 27 jenis produk turunan untuk : Bahan pangan (bahan baku pembuatan Tempe/tahu, Susu, Snack, Campuran abon, Tepung berprotein tinggi pengganti tepung terigu) Pakan ternak, Industri Farmasi/Kosmetik dan Bioenergi (bioethanol dan Biodiesel)
Saat ini pengawalan yang dilaksanakan oleh DPP GERAM, dilakukan mulai dari Penyediaan Benih unggul, Pendampingan tanam dan Penjaminan pembelian hasil panennya.
Koro pedang (Canavalia ensiformis) diproyeksikan untuk menggantikan impor Kedelai, Bungkil kedelai dan Gandum, yang selama ini membebani APBN dengan nilai impor sebesar Rp 32,1 trilyun/tahun.
Dari kegiatan pengembangan budidaya selama 3 tahun, DPP GERAM selaku penggerak budidaya Koro pedang nasional, telah dibantu Kementrian Pertanian RI, dengan demplot area untuk 4 Kabupaten di 3 Provinsi melalui dana APBN tahun anggaran 2010 dan dilanjutkan dengan demplot area untuk 14 Kabupaten di 6 Provinsi (Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Jogjakarta dan Jawa Timur) melalui dana APBN tahun 2011.
Dari hasil pertemuan antara DPP GERAM dengan Menteri Pertanian yang didampingi Dirjen Tanaman Pangan, DPP GERAM diminta untuk mengawal pelepasan Koro varietas GERAM G 1, yang merupakan varietas Koro pedang yang secara resmi di lepas (varietas Koro pertama di dunia yang di release secara resmi) untuk dijadikan sebagai benih bagi program budidaya Koro pedang nasional.
Koro pedang secara resmi sudah mulai dimasukan dalam APBD Perubahan Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2010 dengan area tanam seluas 70 hektar di Kabupaten Banjarnegara dan Blora, tahun ini dilanjutkan dengan penanaman seluas 200 hektar di 10 Kabupetan, dengan dana APBD tahun 2011.
Kegiatan ini juga telah di ikuti oleh Pemkab Bogor (30 hektar) Garut (20 hektar) yang memasukan program budidaya ini melalui APBD tahun anggaran 2011 di Kabupaten masing2
Dalam upaya pengembangan budidaya Koro pedang nasional, DPP GERAM juga sudah menjalin kerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jambi dan Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, Garut, Purworejo, Gunung Kidul, Lebak, Lampung Selatan, Sukabumi, Subang, serta Gapoktan/Poktan (39 mitra tanam) untuk merealisir target penanaman seluas 100.000 hektar pada tahun 2011 (total rencana tanam sd tahun 2015 adalah 1 juta hektar)
Melalui kerjasama dengan Universitas Pasundan, Koro pedang telah menghasilkan 27 jenis produk turunan untuk : Bahan pangan (bahan baku pembuatan Tempe/tahu, Susu, Snack, Campuran abon, Tepung berprotein tinggi pengganti tepung terigu) Pakan ternak, Industri Farmasi/Kosmetik dan Bioenergi (bioethanol dan Biodiesel)
Langganan:
Postingan (Atom)